Popular posts

Umi Ayu Saputri On Kamis, 28 Maret 2013



Di malam natal banyak penduduk yang menikmati indahnya malam natal, orang-orang berjalan dengan wajah yang gembira memenuhi jalan di desa. Di jalan itu ada seorang gadis kecil mengenakan pakaian yang tidak rapi sedang berjualan korek api. Gadis itu sedang berbincang-bincang dengan seorang ibu yang sedang ditawarinya.
Gadis   : “ Mau beli korek api?”  “ibu, belilah korek api ini.”
Ibu       : “ Aku tidak butuh korek api, sebab di rumah sudah ada banyak.”
Gadis  : “ Mengapa tidak ada satu orang pun yang mau membeli korek api ini, kalau saja aku        pulang
tanpa membawa uang  pasti aku dimarahi ayahku.”
Tiba-tiba ada kereta kuda yang melaju kencang hampir menabrak gadis itu.
Kusir   : “Awasssssssssssssssss!!!!”
Gadis  : “Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...!!!!” (sambil melompat karena terkejut, sepatunya terlepas dan terlempar entah kemana sedangkan sebelahnya jatuh diseberang jalan).
            Ketika Gadis itu bermaksud memungut sepatunya, tiba-tiba seorang anak laki-laki memungut sepatu itu lalu melarikan diri.

Lelaki  : “Wah aku menemukan barang yang bagus”
            Gadis itu akhirnya bertelanjang kaki dan memunguti korek apinya yang berserakan di sekitar jalanan. Ia tidak dapat membayangkan hukuman apa yang diberikan ayahnya jika dia pulang dengan keadaan seperti itu. Akhirnya Gadis itu pulang dengan korek api yang tersisa. Dalam perjalanan pulang Gadis itu melihat sebuah rumah yang terang dan didalamnya tinggalah seseoarang yang sedang menikmati hidangan natal yang lezat. Terlihat juga pohon natal yang sangat indah dan dikelilingi anak-anak yang sedang bermain riang.
Gadis  : “Ketika ibuku masih hidup, dirumahku juga merayakan natal seperti ini” (sambil menangis sedih, suasana menjadi sunyi dan gelap).
            Gadis itu duduk tertimpa curahan salju yang terus menerus jatuh dan membuat gadis itu sangat kedinginan. Ia tidak dapat bergerak lagi menahan dingin dan lapar yang menimpanya.
Gadis  : “Jika aku menyalakan korek api ini, mungkin akan sedikit terasa hangat.” (menggoreskan korek api kedinding).
            Dari dalam api korek api tersebut keluarlah tungku penghangat.
Gadis   : “Oh, hangatnya.” (sambil mengangkat tangannya ke tungku penghangat).
            Ketika korek api padam, tungku penghangatnya juga juga lenyap. Di korekkan lagi korek api ke dua. Keluarlah hidangan yang lezat dari dalam korek api kedua.
Gadis   : “Wah, lezatnya...” (berusaha menjangkau angsa panggang).
            Tertata rapi makanan yang hangat diatas meja tepat didepan gadis itu. Tiba-tiba seekor angsa panggang melayang menghampirinya. Ketika Gadis itu berusaha menjangkau angsa itu, tiba-tiba apinya padam dan hidangannya hilang seketika. Gadis itu bergegas mengambil korek api yang lainnya dan menyalakannya. Terlihat pohon natal yang sangat indah dari korek api tersebut. Dalam pohon natal itu terdapat banyak sekali lilin-lilin yang indah.
Gadis  : “Waw, pohon natal yang indah. Bahkan lebih indah dari pohon natal yang kulihat dijendela tadi.” (ketika Gadis itu berusaha menjangkau lilin tersebut, tiba-tiba lilin tersebut terbang tinggi dan menjadi bintang-bintang yang sangat banyak dan indah).
Gadis  : “Waw, malam ini ada seseorang yang mati dan pergi ketempat Tuhan, ya... waktu nenek masih hidup, aku diberi tahu olehnya.” (sambil menatap kearah langit melihat bintang berberalih dan teringat neneknya yang baik hati.)
            Kemudian Gadis it menyalakan sebatang korek api untuk ke-empat kalinya. Lalu didalam korek api terlihat neneknya yang menjulurkan tangannya kearah gadis itu.
Gadis   : “Nenek!” (sambil melompat kedalam pelukan neneknya).
Gadis  : “Oh nenek, sudah lama aku ingin bertemu.” (sambil menceritakan peristiwa yang dialaminya didalam pelukan nenek yang disayanginya)
Gadis  : “Kenapa nenek pergi meninggalkan ku seorang diri? Jangan pergi lagi. Bawalah aku pergi ketempat nenek.” (korek api hampir padam)
Gadis  : “Ah, kalau apinya mati, nenekpun akan pergi juga seperti tingku pemanas dan makanan tadi.” (sambil mengumpulkan korek api yang tersisa dan langsung menyalakan semuanya secara bersamaan)
            Gulungan korek api itu terbakar dan menyinari sekitarnya seperti siang hari. Nenek memeluk gadis itu dengan erat. Dengan diselimuti cahaya nenek dan gadis itu pergi naik ke langit dengan perlahan-lahan.
Gadis   : “Nenek, kita meu pergi keman?”
Nenek  : “Ketempat Tuhan berada.”
            Keduanya semakin lama semakin tinggi kearah langit.
Nenek : “Kalau sampai disurga ibumu yang menunggu dan menyiapkan makanan yang enak untuk kita.
            Gadis itu tertawa senang.
            Pagi harinya orang-orang yang lewat dijalan menemukan Gadis penjual korek api terpelungkap didalam salju.
Seseorang: “Gawat, gadis krcil ini jatuh pingsan di tempat seperti ini. Cepat panggil dokter.”
            Orang-orang yang berkumpul disekitarnya menyesalkan kematian gadis itu. Ibu yang menolak membeli korek api pada malam kemarin menangis dengan keras,
Ibu      : “Kasian kamu nak, kalau tidak ada tempat untuk pulang sebaiknya kumasukkan kedalam rumah.”
            Orang-orang desa mengadakan uapacara pemakaman gadis itu di greja, dan berdo’a kepada Tuhan agar mereka berbuat ramah meskipun kepada orang miskin.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments