- Home »
- Analisis Novel "Kana di Negeri Kiwi" Karya Rosemary Kesauly (Tinjauan Stilistika)
Umi Ayu Saputri
On Rabu, 19 Desember 2012
ANALISIS
NOVEL
“KANA
DI NEGERI KIWI” KARYA ROSEMARY KESAULY
(TINJAUAN
STILISTIKA)
Mata Kuliah : Stilistika
Disusun oleh
Umi Ayu Saputri
C0210071
JURUSAN SASTRA
INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS
MARET
SURAKARTA
2012
ANALISIS
NOVEL
“KANA
DI NEGERI KIWI” KARYA ROSEMARY KESAULY
(TINJAUAN
STILISTIKA)
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Novel
adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya. (KBBI Edisi Lux, 2011: 338).
Novel merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai
budaya sosial, moral, dan pendidikan. Novel remaja (populer) adalah novel yang
menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu menzaman. Novel remaja
memiliki massa yang banyak. Novel remaja disajikan sebagai perekam kehidupan
remaja dengan harapan pembaca akan mengenang kembali pengalaman-pengalamannya
sehingga merasa terhibur. Novel remaja juga menyajikan kehidupan remaja yang
membutuhkan perjuangan dan saling menolong.
Novel
“Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly termasuk novel remaja. Novel ini
yang menceritakan tentang kehidupan gadis remaja yang bernama Kana. Kana adalah
gadis blesteran Yogyakarta dengan Selandia Baru. Tak terlintas di benak Kana
bahwa dia harus pindah ke Negeri Kiwi. Itu berarti dia harus meninggalkan
Yogyakarta, kota asalnya, dan Rudy, cowok yang dicintainya. Tapi apa boleh
buat, mau tak mau Kana harus menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya: ayah
yang dikenalnya setelah usianya lima belas tahun, teman-teman baru, sekolah
baru, kebiasaan baru, dan yang lebih penting lagi pengalaman baru. Untung ada
Jyotika. Gadis imigran India yang cantik jelita ini langsung menjadi teman baik
Kana. Namun di tahun keduanya di Negeri Kiwi, Kana mulai merasakan berbagai
perubahan. Banyak masalah yang membuatnya pusing. Berat badan yang naik,
tugas-tugas yang menumpuk, obsesinya pada Rudy yang tidak pernah berakhir, dan
lebih parah lagi Jyotika, yang selalu diandalkannya sebagai tempat curhat,
tiba-tiba menjauh. Jyotika menjadi cepat tersinggung dan selalu menghindar.
Jyotika dan Kana bertengkar hebat. Suatu ketika Kana ingin meminta maaf kepada
Jyotika. Akhirnya Kana mengetahui penyebab Jyotika menjadi cepat tersinggung.
Setelah itu Kana dan Jyotika mendirikan R.A.S.A untuk semua murid yang pernah
mengalami pelecehan seksual. kana juga dapat “membunuh” Rudy. Kana menjadi
gadis yang percaya diri dan selalu berpositif thinking.
Problematika
yang diangkat dalam novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly adalah
problematika yang terjadi kepada para remaja, seperti percintaan, persahabatan.
Dalam novel “Kana di Negeri Kiwi” lebih mengangkat tentang persahabatan remaja.
Persahabatan antara Kana dengan gadis India, Jyotika, dan persahabatan Kana
dengan Tsunehisa. Problematika tentang kepedulian sosial dan tentang penerimaan
diri.
Novel
“Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly akan dianalisis dengan tinjauan
stilistika. Stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa.
Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Jadi, dalam
pengertian yang paling luas, stilistika, sebagai ilmu tentang gaya, meliputi berbagai
cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia. (Kutha Ratna, 2009: 167)
2.
Rumusan
Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang terarah, maka
diperlukan suatu perumusan masalah. Permasalahan dalam makalah ini dirumuskan sebagai
berikut:
1)
Bagaimana penggunaan diksi dalam novel
“Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly?
2)
Bagaimana analisis wacana dalam novel
“Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly?
ANALISIS
NOVEL
“KANA
DI NEGERI KIWI” KARYA ROSEMARY KESAULY
(TINJAUAN
STILISTIKA)
PEMBAHASAN
1)
Diksi
dalam Novel “Kana di Negeri Kiwi” Karya Rosemary Kesauly
Pada
novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly, terlihat tentang pemilihan
kata oleh pengarang dalam karangannya. Dari judulnya sudah terlihat penggunaan
pilihan kata oleh pengarang. Pengarang memilih kata “kiwi” untuk menyebutkan
Selandia Baru. Dengan menggunakan kata “kiwi” pengarang menarik perhatian
pembaca. Pengarang menggunakan kata tersebut agar pembaca penasaran dengan kata
“kiwi” tersebut. Pengarang membuat rasa ingin tahu pembaca mengenai Negeri Kiwi
itu sebenarnya berada di mana. Negeri Kiwi yang digambarkan oleh pengarang
adalah negara Selandia Baru. Selandia Baru merupakan negara yang banyak
terdapat buah kiwi. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Aku menyebut Selandia Baru, Negeri Kiwi. Itu karena di sini banyak
sekali buah kiwi. Itu buah nasional negara Selandia Baru. Burung khas Selandia
Baru pun bernama burung Kiwi. Bahkan penduduk Selandia Baru pun sering disebut
orang Kiwi. (Rosemary, 2005: 30)
Dari
cover novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly terlihat kecocokan
antara cover dengan isi cerita. Pengarang membuat cover dengan warna biru muda
dengan penggambaran di sebuah pantai yang indah serta adanya seorang gadis yang
berdiri di depan pantai itu sehingga membuat pembaca semakin penasaran dengan
isi yang ada di dalam novel itu.
Gaya
penulisan novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly sangat unik.
Penulisan oleh Rosemary tidak menggunakan bahasa gaul yang biasanya
dipergunakan dalam penulisan novel teenlit.
Kebanyakan novel teenlit yang ada dan
beredar pada remaja-remaja kita banyak sekali yang menggunakan bahasa gaul.
Penggunaan bahasa gaul itu diasumsikan agar mudah dipahami oleh pembaca yang
kebanyakan adalah remaja. Remaja akan dapat secara mudah mengerti tentang
cerita yang digambarkan oleh pengarang yang menggunakan bahasa gaul. Karena
menurut pengarang bahasa para remaja adalah bahasa gaul tersebut. Padahal tidak
semua remaja menggunakan bahasa gaul. Bahasa gaul itu digunakan dalam sekelompok
remaja saja yang memiliki suatu komunitas. Dalam novel “Kana di negeri Kiwi”
menggunakan gaya penulisan yang unik. Novel ini seolah-olah ditulis seperti
novel terjemahan. Karena penggunaan kata-kata di sini dengan kata-kata baku.
Walaupun gaya penulisannya seperti itu novel ini mudah dipahami. Bahasa yang
seperti bahasa terjemahan ini tidak membuat pembaca kebingungan dengan isi
ceritanya. Karena rangkaian kata-katanya dapat dipahami dengan baik. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Aku baru saja hendak menelepon Pizza Haven untuk memesan Hawaiian Pizza
kesukaanku ketika telepon di ruang tengah berdering. ... (Rosemary, 2005:
36)”
“ “Kana, percaya deh, kau sama sekali tidak gemuk, lagi pula kalaupun
memang kau merasa gemuk, lantas apa salahnya? Drew Barrymore juga tidak
kurus-kurus amat, toh dia tetap terlihat cantik,” kata Jyotika. (Rosemary,
2005: 39)”
“Haeus kuakui sarannya itu cukup cemerlang. Setelah melalui diskusi yang
alot dan pertimbangan yang sepertinya tiada ujung, ... (Rosemary, 2005:
41)”
Sudut
pandang yang digunakan dalam novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly
menggunakan sudut pandang orang pertama. Sudut pandang orang pertama adalah
sudut pandang akuan. Dalam novel “Kana di negeri Kiwi” menggunakan kata ganti
“aku” untuk meneritakan gadis Yogyakarta-Selandia Baru, Kana. Dalam hal ini
pengarang menggunakan “aku” diasumsikan bahwa dalam novel “Kana di Negeri Kiwi”
ini penggambaran tentang dirinya. Pengarang menceritakan bahwa Kana berasal
dari Yogyakarta. Walaupun diceritakan ibunya asli Solo tetapi lebih menonjol
penggambaran asal Kana adalah Yogyakarta. Hal itu terjadi karena dirinya
berasal dari Yogyakarta. Pengarang tidak menghilangkan identitasnya yang
berasal dari Yogyakarta. Dalam novel “Kana di Negeri Kiwi” diceritakan bahwa
Kana sangat suka makan coklat. Hal itu dilatarbelakangi dari diri
pengarang yang menyukai coklat. Hal ini
dapat dilihat ari kutipan berikut:
“Aku berlari terengah-engah memasuki Vegie World. (Rosemary, 2005:
9)”
“Apalagi setiap habis makan cokelat, padahal itu makanan favoritku.
(Rosemary, 2005: 22)”
“Sejak kecil aku selalu tinggal bersama kakek dan nenekku di Solo,
karena ibuku, yang membuka sanggar tarri di Yogya, sangat sibuk. Baru pada usia
sebelas tahun aku akhirnya tinggal bersamanya. (Rosemary, 2005: 25)”
Dalam
novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly terdapat penekanan-penekanan
dalam dialog ataupun narasinya. Penekanan ini diasumsikan bahwa agar pembaca
mengetahui situasi yang terjadi pada bagian itu. Pengarang mengungkapkan
penekanan itu dengan cara menuliskan kata-kata itu dengan menggunakan huruf
kapital. Penekanan itu difungsikan untuk menegaskan sesuatu yang ingin
disampaikan oleh pengarang. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:
“Menurut iklan-iklan di majalah perempuan, Indonesia asli itu PASTI
berambut lurus. (Rosemary, 2005: 26)”
“Jadi begitulah. Aku bahkan tidak hadir pada pernikahan ibuku dengan
“ENTAH SIAPA”, sepertinya pengusaha batik atau apa. (Rosemary, 2005: 28)”
“Dad, aku HARUS jadi kurus. ... (Rosemary, 2005: 46)”
Pada
novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly terdapat pula penggunaan
bahasa asing, seperti bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Penggunaan bahasa asing
ini diasumsikan bahwa cerita yang ada di dalam novel ini berlatar di Selandia
Baru. Dalam novel ini diceritakan bahwa terdapat beberapa teman-teman Kana yang
berasal dari beberapa negara berbeda. Ada yang berasal dari India, Brazil,
Srilanka, Jepang dan sebagainya. Dalam
hal ini pengarang menyampaikannya dengan bahasa Indonesia namun dimasukkan
bahasa asing itu dalam penceritaan. Selipan bahasa asing itu diasumsikan untuk
memperindah karangannya dan menggambarkan dengan sebenarnya kehidupan yang ada
dalam novel ini. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan berikut:
“ “Never trouble about trouble until trouble troubles you!” Jyotika
mengucapkan kata-kata mutiara favoritnya. (Rosemary, 2005: 38)”
“ “Arigato gozaimasu, Tsunehisa-san,” kataku sambil membungkuk.
(Rosemary, 2005: 91-92)”
Novel
karya Rosemary Kesauly yang berjudul “Kana di Negeri Kiwi” menggunakan
istilah-istilah yang tidak diungkapkan dengan padanannya dalam bahasa
Indonesia. Penggunaan ini diasumsikan untuk tetap menunjukkan identitas bahwa
cerita dalam novel ini terjadi di Selandia Baru yang terdapat istilah-istilah tersebut. Hal itu
dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Masa pacaran kami selama setahun selalu diisi dengan hunting buku-buku
baru dan diskusi seru tentang buku yang sudah kami baca. (Rosemary, 2005:
21-22)”
“ ... jadi aku makan yoghurt rendah lemak rasa cranberry dan pisang.
(Rosemary, 2005: 46)”
2)
Analisis
Teks (Wacana) dalam Novel “Kana di
Negeri Kiwi” Karya Rosemary Kesauly
Sebelum
membicarakan kaitan antara teks dan stilistika, terlebih dahulu perlu
disepakati perbedaan antara teks, wacana dan karya (naskah). Dalam bidang
akademis terdapat berbagai pendapat yang berbeda bahkan bertentangan antara
ketiga istilah tersebut. Pendapat pertama, teks adalah bahasa yang ditulis,
wacana adalah bahasa yang tidak tertulis. Pendapat kedua, wacana adalah teks
yang sedang diproses. Atas dasar kedua pendapat tersebut, teks seolah-olah sama dengan karya. Pendapat
ketiga, teks identik, bahkan sama, sebagai sinonim wacana. Pendapat terakhir
ini menganggap teks (wacana) berbeda dengan karya (naskah). Dalam pembicaraan
ini pendapat yang diikuti adalah yang terakhir, teks disamakan dengan wacana,
baik lisan mauoun tulisan. (Kutha Ratna, 2009: 218).
Atas
dasar pemahaman bahwa teks merupakan satuan bahasa terlengkap, maka teks juga
merupakan objek penelitian hermeneutika dan berbagai cara penafsiran lainnya.
Pada dasarnya teks tidak terdiri atas kata-kata dan kalimat, melainkan
makna-makna, yang lebih dikenal dengan struktur makna. Oleh karena itu, teks
melebihi satuan kebahasaan.
Novel
“Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly akan dianalisis menggunakan
analisis wacana. Dalam novel ini banyak wacana yang memberikan pelajaran kepada
kita, mulai dari persahabatan yang seharusnya bagaimana, mengenai percintaan, mengenai
kepedulian sosial, dan masih banyak lagi.
Novel
“Kana di Negeri Kiwi”, Rosemary Kesauly sebagai pengarang ingin menyampaikan
beberapa wacana. Wacana yang dibahas dalam novelnya “Kana di Negeri Kiwi” salah
satunya adalah tentang percintaan. Dalam novel diceritakan bahwa percintaan
antara Kana dan Rudy, kekasih Kana ketika di Yogyakarta, hanya mengharapkan
Kana menjadi apa yang diinginkan oleh Rudy. Hal itu diasumsikan menggambarkan
kehidupan para remaja pada dewasa ini. Mereka yang menjalani hubungan
percintaan hanya menuntut orang yang disayanginya menjadi apa yang
diinginkannya. Padahal seharusnya dalam percintaan itu ketika kita sudah
menyayangi seseorang kita bisa menerima apa yang ada pada orang yang kita
sayangi itu. bentuk cinta itu kita lebih mementingkan orang yang dicintai dan
lupa akan dirinya sendiri. Hal tersebut dpat dilihat pada kutipan berikut:
“Coba tebak alasan Rudy memutuskanku? Ya benar, karena aku GEMUK.
...” (Rosemary, 2005: 16)
“ “Lagi pula kau gemuk, Kana, kau terlalu gemuk bagiku. Orang-orang
selalu menyebut kita pasangan ‘angka sepuluh’. Aku malu pacaran denganmu.”
(Rosemary, 2005: 17-18)”
Novel
“Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly juga menggambarkan tentang
persahabatan yang sesungguhnya. Penggambaran tentang persahabatan dalam novel
ini yaitu persahabatan dua gadis yang berasal dari negara yang berbeda, Kana
dan Jyotika. Kana adalah gadis yang berasal dari Indonesia sedangkan Jyotika
dari India. Mereka bertemu saat kelas ESL. Walaupun berasal dari negara yang
berbeda mereka selalu kompak dan saling mengisi. Penggambaran persahabatan
dalam hal ini diasumsikan bahwa pada zamannya dulu persahabatan sangatlah
indah. Persahabatan itu dilukiskan dengan sesuatu yang menyenangkan, saling
memberi pendapat, dan selalu dalam kebersamaan. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut:
“ “Ada apa sih?” tanyanya khawatir begitu mendengar suaraku di telepon.
“Aku gemuk!” jawabku pelan.
“ Kana, kau sama sekali tak tampak gemuk
bagiku,” nada suara Joy menghiburku. (Rosemary, 2005: 37)”
“ “Aku kan sudah bilang, Kana, diet-diet itu hanya merusak tubuhmu.
Kenapa sih kau tidak makan secara normal saja? Kau pasti makan berlebihan saat
akhir pekan, ya?” Jyotika pasti selalu tahu masalahku. (Rosemary, 2005:
37-38)”
“ “Aduh, Kana, Kelly kan memang selalu mengejek siapa saja, untuk apa sih
memusingkan apa yang akan dikatakan Kelly?” Jyotika mulai tidak sabar mendengar
keluhanku. (Rosemary, 2005: 39)”
Dalam
penceritaan persahabatan, novel “Kana di Negeri Kiwi”juga menceritakan
persahabatan antara Kana dengan Tsunehisa, cowok yang berasal dari Jepang.
Persahabatan antara Kana dengan Tsunehisa diasumsikan bahwa di dalam kehidupan
yang namanya persahabatan itu tidak hanya persahabatan antara cewek dengan
cewek saja namun persahabatan antara seorang cewek dengan seorang cowok. Persahabatan
itu digambarkan dengan baik. Persahabatan yang tidak menggunakan perasaan yang
melebihi rasa sayang dari seorang sahabat kepada sahabatnya. Rasa sayang yang
diberikan oleh Tsunehisa kepada Kana adalah rasa sayang dari seorang sahabat
kepada sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Dalam kehidupan yang sebenarnya
persahabatan seperti yang digambarkan pengarang dalam novel ini jarang terjadi.
Biasanya persahabatan antara cewek dan cowok berakhir dengan percintaan yang
dapat membuat persahabatan itu menjadi permusuhan. Hal itu dapat dilihat pada
kutipan berikut:
“ “Kau mengundangku ke sini hanya untuk mengajakku pergi ke ball?”
tanyaku.
Tsunehisa
mengangguk, dia tersenyum manis.
“Sebagai
sahabat?” tanyaku memastikan.
“Sahabat!”
jawabnya pasti.
“Kalau
begitu aku mau,” kataku sambil membalas senyumnya.
(Rosemary, 2005: 169)”
“Punya seorang sahabat pria ternyata benar-benar enak. Ada banyak
keuntungan memiliki sahabat pria. Pertama, aku jadi merasa dilindungi. Kedua,
aku bisa menambah wawasanku tentang “dunia cowok”. ... (Rosemary, 2005:
181-182)”
“ “Aku menyayangimu, Kana Woodfield. Menurutku kau cewek paling unik di
Riverdale College. Meskipun kita baru saja saling mengenal, menurutku kau
sahabat terbaikku,” katanya dengan lembut. (Rosemary, 2005: 193)”
“Aku dan Tsunehisa berjanji untuk terus saling menyayangi dan menjadi
sahabat sejati sampai kulit kami keriput kelak. (Rosemary, 2005: 193)”
Dalam
novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly terdapat juga wacana tentang
hal penerimaan diri. Dalam novel pengarang mengangkat masalah tentang Kana yang
tidak bisa menerima dirinya sendiri karena pengaruh dari Rudy, kekasihnya yang
menuntut dirinya menjadi gadis yang sempurna di mata Rudy. Dalam hal ini Rudy
tidak bisa menerima diri Kana apa adanya dan selalu mengatakan bahwa Kana
adalah gadis gemuk. Dari hal itu kana menjadi orang yang tidak bersyukur dengan
apa yang dimilikinya. Dia selalu mengeluhkan kehidupannya. Mengeluhkan tentang
kegemukannya, tentang kehidupan keluarganya, dan kehidupannya dengan
sahabatnya. Karena dalam novel ini diceritakan bahwa orang tua kana bercerai.
Perceraian itu terjadi karena ibu Kana tidak menginginkan kehadiran Kana, Kana
yang dianggap sebagai penyebab perceraian itu. hal itu membuat Kana merasa
dirinya tidak bermanfaat dan merasa terbuang. Kemudian diceritakan pula Kana
dan Jyotika bertengkar hebat dan hal itu membuat Kana berpikir bahwa dirinya
akan dibuang oleh sahabatnya itu. sebelumnya ketika di Yogyakarta sebelum
berangkat ke Negeri Kiwi Rudy juga telah memutuskan hubungan mereka karena
dirinya dianggap gemuk. Hal ini diasumsikan menggambarkan kehidupan remaja pada
zamannya. Remaja pada zaman itu digambarkan dengan remaja yang tidak bisa
menerima dirinya. Selalu ada keluhan dari diri remaja. Keluhan masalah dirinya
yang kurang sempurna, tentang keluarganya, tentang persahabatannya dan tentang
percintaannya. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Setelah putus dengannya aku selalu terobsesi bahwa aku gemuk. Benakku
selalu dipenuhi pikiran bahwa gadis gemuk tidak berharga, atau paling tidak
pasti berharga lebih rendah daripada gadis langsing. (Rosemary, 2005: 22)”
“Aku anak satu-satunya, namun kehidupanku bersama Ibu tidak bisa
dibilang menyenangkan. Ibuku selalu menyalahkan kehadiranku sebagai penyebab
perceraiannya. Aku tumbuh dengan anggapan bahwa seandainya aku tidak lahir,
maka hidup ibuku pasti akan lebih berbahagia. (Rosemary, 2005: 25)”
“ “Aku hanya takut kalau Dad akan membuangku,” kataku pelan. “Ibu menyuruhku tinggal
bersamamu ketika dia hendak menikah. Kini aku takut kalau kau juga akan
melakukan hal yang sama. Maksudku, jika Dad tertarik pada seorang wanita, pasti
Dad juga tidak ingin tinggal bersamaku lagi,” aku berkata dengan suara serak.
(Rosemary, 2005: 105)”
“ “Semua orang membuangku: ibu, pacarku di Indonesia, sahabatku di sini,
semuanya. Aku takut kau juga akan membuangku, aku tidak layak dicintai.” Aku
terisak-isak. (Rosemary, 2005: 106)”
Novel
yang berjudul “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly juga memuat wacana
tentang kepedulian sosial. Kepedulian sosial ini diceritakan oleh pengarang
sebagai bentuk kepedulian terhadap orang yang menjadi korban pelecehan seksual.
Pengarang menceritakan dalam novel “Kana di Negeri Kiwi” dari kehidupan Jyotika
yang terlihat harmonis. Kehidupan keluarga Jyotika terlihat harmonis oleh Kana.
Hal itu membuat Kana iri. Di balik keharmonisan keluarga Jyotika itu ternyata
Jyotika telah mengalami pelecehan seksual oleh ayah tirinya sendiri. Hal itu
telah dilakukan ayah tirinya selama dua tahun. Dari kejadian itu membuat Kana
berpikir tentang kehidupannyanya yang seharusnya ia syukuri. Dari sahabatnya
itu Kana menjadi seorang yang lebih dewasa. Kemudian dia juga disadarkan oleh
Bruna, cewek berasal dari Brazil, yang mengatakan bahwa mempunyai tubuh langsing
itu tidak enak. Karena selalu dilecehkan oleh cowok-cowok. Walapun pelecehannya
itu hanya dalam bentuk godaan-godaan. Kana menasihati Jyotika agar tidak
mengingat masa lalunya untuk meneruskan kehidupannya yang ada di depan. Hal itu
juga ia terapkan dalam dirinya. Kana menjadi seorang yang selalu bersyukur dan
Kana mempunyai ide membentuk support
group yang diberi nama R.A.S.A (Riverdale Against Sexual Abuse). Hal itu
diasumsikan bahwa dalam kehidupan berkelompok itu membutuhkan kepedulian dari
orang lain. Pengarang hendak menyampaikan pesan tentang sebaiknya kita peduli
kepada orang lain yang tidak seberuntung kita dan saling membantu sesama
manusia. Pengarang menyampaikan bahwa terdapat orang yang mengalami tekanan
batin di dalam kehidupannya namun tak sanggup menceritakannya dan atau tidak
ada tempat baginya untuk menceritakan apa yang dialaminya. Dari hal itu
pengarang menyampaikan dengan cara dibentuknya sebuah kelompok untuk memberi
semangat dan sebagi tempat untuk bercerita bagi orang-orang yang mengalami
tekanan batin itu. Bentuk kepedulian pengarang terhadap orang yang mengalami
tekanan batin seperti yang diceritakan dalam novel diasumsikan bahwa pengarang
mempunyai rasa peduli yang sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada
kutipan berikut:
“Aku pernah berkata pada Jyotika bahwa masa lalunya tidak akan
berpengaruh pada masa depannya. Aku bilang padanya bahwa jika dia terus
mengarhkan dirinya untuk mencapai tujuan di depannya, dan meninggalkan hal-hal
yang sudah lewat di belakang, maka aku yakin dia pasti akan berhasil. Setelah
aku renungkan, ternyata nasihat itu juga harus kuterapkan pada diriku sendiri.
(Rosemary, 2005: 124)”
“Sudah lama aku terikat pada kenangan-kenangan masa lalu yang sia-sia.
Hal pertama yang harus aku lakukan adalah “membunuh” Rudy. (Rosemary, 2005:
124)”
“Tiba-tiba aku merasa harus melakukan sesuatu. Hal seperti ini adalah
masalah serius yang tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Saat itulah ide
untuk membentuk R.A.S.A muncul di benakku. (Rosemary, 2005: 140)”
“Sejak menjadi relawan R.A.S.A., aku bertenu banyak sekali gadis remaja
yang sangat kuat dan tegar dalam menghadapi cobaan hidup. Aku sungguh merasa
malu pada diriku sendiri. Selama ini aku begitu sering mengasihani diriku
sendiri padahal banyak sekali yang sebenarnya bisa kusyukuri. (Rosemary,
2005: 153-154)”
Dalam
novel “Kana di Negeri Kiwi” karya Rosemary Kesauly diceritakan bahwa Kana
terobsesi untuk menjadi pacar Rudy lagi. Hal itu membuat Kana hanya selalu
memikirkan dirinya sendiri dan hanya memikirkan bagaimana caranya agar Rudy mau
menerima dirinya lagi. Hal itu diasumsikan bahwa para remaja pada saat itu
hanya melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
Hanya memikirkan satu hal dan meninggalkan banyak hal yang mungkin ddapat
dilakukan dan menjadikan dirinya berarti untuk dirinya sendiri dan untuk orang
lain. Seseorang yang telah terobsesi dengan satu hal dan hanya memikirkan hal
itu, maka seseorang itu telah melakukan hal yang sia-sia. Ia tidak melihat hal
lain yang dapat dilakukan dan bermanfaat. Masih banyak hal yang lebih penting
yang dapat kita lakukan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
“Aku sih tidak terlalu peduli dengan cowok-cowoknya, karena kau sudah
tahu kan, seganteng apapun cowok-cowok itu, cintaku tetap utuh hanya untuk
Rudy-ku seorang. (Rosemary, 2005: 60)”
“Sepertinya satu sekolah sudah tahu kalau aku begitu tterobsesi pada
Rudy. Itu karena aku mengenakan kalung bertuliskan nama Rudy, memakai gantungan
kunci dengan nama Rudy, bahkan menyulam nama Rudy pada setiap pasang kaus kaki
yang kupakai. (Rosemary, 2005: 72-73)”
“Semuanya untuk satu tujuan: memohon agar dia mau menjadi pacarku lagi.
(Rosemary, 2005: 125)”
SIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan:
1. Diksi dalam penulisan novel “Kana di
Negeri Kiwi” karya Rosemary sangat unik dalam gaya penulisannya. Dari
penggunaan kata dalam judul “Kana di Negeri Kiwi” membuat pembaca menjadi
penasaran dengan adanya Negeri Kiwi. Membuat pembaca penasaran di mana sebenarnya
Negeri Kiwi itu berada. Penggunaan gaya penulisan dalam novel ini seolah-olah
seperti novel terjemahan. Walaupun demikian isi novel dapat dipahami dengan
mudah.
2. Wacana yang ingin disampaikan
Rosemary Kesauly dalam novel “Kana di Negeri Kiwi” ini adalah tentang
percintaan, persahabatan, penerimaan diri dan kepedulian sosial.
Daftar Pustaka
http://www.lokerseni.web.id/2011/09/pengertian-novel-menurut-para-pakar.html#ixzz2F5kjQKIM. Diakses pada
15 Desember 2012. Pukul 22.47 WIB.
http://raymondzhitepu.blogspot.com/2012/09/hasil-resensi-kana-di-negeri-kiwi.html.
diakses pada 15 Desember 2012. Pukul 22.47 WIB.
Nyoman
Kutha Ratna. 2009. Stilistika: Kajian
Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosemary Kesauly. 2005. Kana di Negeri Kiwi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Suharso
dan Ana Retnoningsih (penyusun). 2011. Kamus
Besar Bahasa Indonesia: Edisi Lux. Semarang: Widya Karya.
LAMPIRAN
Sinopsis
Novel “Kana di Negeri Kiwi”
Karya
Rosemary Kesauly
Novel ini menceritakan kisah seorang
anak perempuan bernama Kana, yang kehidupannya secara mendadak berubah. Tak
pernah terlintas di benaknya bahwa dia harus pindah ke Negeri Kiwi (Selandia
Baru). Hal ini mengharuskan dia untuk meninggalkan kota Yogyakarta tempat
tinggalnya, kakek dan neneknya yang mengasuhnya sejak kecil, dan Rudy, cowok
yang dicintainya. Di Negeri Kiwi dia tinggal bersama ayahnya yang baru
dikenalnya pada saat umurnya lima belas tahun.
Kedua
orang tuanya bercerai sejak Kana berusia 2 tahun. Sejak kecil Kana selalu
tinggal bersama kakek dan neneknya di Solo. Ibu Kana asli Solo, sedangkan
ayahnya adalah turis yang ditemuinya saat sedang melancong ke Borobudur. Selama
belasan tahun Kana hanya mengenal ayahnya lewat foto dan kartu-kartu yang
dikirimkannya pada saat ulang tahun Kana.
Pada
saat umur 16 tahun, hubungan Kana dengan ibunya memburuk. Ibunya memutuskan
untuk menyuruhnya pindah ke Selandia Baru. Awalnya Kana berusaha menolak,
tetapi apapun alasan penolakan yang dikatakan oleh Kana kepada ibunya tetap
saja ditolak mentah-mentah. Saat itu ia merasa hidupnya benar-benar kacau,
namun tak ada pilihan lain selain pindah ke Selandia Baru.
Sesampainya
di Selandia Baru Kana langsung dijemput oleh ayahnya di Auckland International
Airport. Di Selandia Baru, Kana dan ayahnya tinggal di daerah New Lynn,
Auckland Barat. Ayah Kana bekerja sebagai dosen Antropologi di Auckland
University. Ayahnya sering pulang pada jam delapan malam, sehingga Kana lebih
sering makan malam sendirian. Pada minggu pertama di Selandia ayahnya selalu
mengajak untuk berkunjung ke Auckland Museum, dan terkadang Kana juga diajak ke
pantai dan danau. Dan biasanya pada akhir pekan Kana dan ayahnya menikmati
pemandangan Selandia Baru yang indah sambil minum kopi bersama.
Di
Negeri Kiwi Kana bersekolah di Riverdale College. Disana dia memiliki banyak
teman baru yang berasal dari berbagai Negara. Ada orang Somalia, India,
Srilanka, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Filipina, Rusia, dan masih banyak
lagi. Di Riverdale College Kana mempunyai beberapa sahabat yang sangat berarti
dalam hidupnya.
Jyotika
adalah sahabat yang paling berharga dalam hidup Kana. Jyotika adalah imigran
yang berasal dari India. Jyotika memiliki otak yang encer, sehingga mahir
pelajaran Fisika. Dia juga tidak pernah absen disekolah dan paling sedih
apabila jam pelajaran sudah berakhir. Kana juga adalah orang yang kesabarannya
tidak cepat habis. Kana sering meminta pendapat tentang berat badan
berkali-kali. Tetapi Jyotika tetap menghibur Kana dengan mengatakan bahwa Kana
tidaklah gemuk. Jyotika memiliki cita-cita untuk menjadi arsitek. Jyotika juga
sering memberikan saran kepada Kana tentang pelajarannya. Namun karena sesuatu
hal Jyotika mendadak berubah dan sikapnya yang membuat Kana bertanya-tanya.
Karena sesuatu hal inilah Kana dan Jyotika sahabatnya bertengkar. Di Riverdale
College Jyotika memiliki cowok favorit dan Namanya adalah Tsunehisa. Tsunehisa
adalah cowok Jepang yang pindah ke Riverdale College. Tsunehisa sangat cekatan
bermain gitar. Ia menyukai jenis musik Blues. Sebelum pindah ke Riverdale
College dia bersekolah di sekolah khusus untuk anak laki-laki. Dia dipecat dari
sekolah sebelumnya karena Tsunehisa sering bermain musik di kelasnya. Menurut
Kana, Tsunehisa ternyata tampan. Kana meminta bantuan Tsunehisa untuk membuat
sebuah lagu untuk mantan kekasih Kana di Indonesia yang bernama Rudy. Berkat
bantuan tersebut Kana dan Tsunehisa makin lama makin dekat. Mereka sering pergi
bersama bahkan terkadang Tsunehisa mengajak Kana untuk pergi ke tempat-tempat
tertentu. Berkat lagu yg diciptakan Tsunehisa kepada Kana, Kana pun memberikan
sesuatu sebagai rasa terima kasihnya kepada Tsunehisa. Selain Jyotika dan Tsunehis
Kana juga memiliki 3 orang sahabat.
Sarah
Saunders adalah sahabat Kana yang banyak mengikuti pelajaran gaya dada.
Contohnya seperti les Menyelam, tim debat, dan masih banyak lainnya.
Tamaia
Hiini adalah anggota tim Polo air. Dia bercita-cita ingin menjadi atlet peraih
medali emas di Olimpiade, untuk cabang olahraga air.
Erandhi
Bulathsinghala adalah sahabat Kana yang ingin menjadi seorang pembawa acara
Talkshorw terkenal seperti Oprah Winfrey.
Kana
dan sahabat-sahabatnya ini tergabung dalam satu kelas Geografi. Ketiganya ini
sering memberikan nasihat kepada Kana untuk tidak terlalu terobsesi kepada
mantannya yang ada di Indonesia yaitu Rudy.
Setelah
beberapa hari, akhirnya Kana mengetahui apa yang membuat Jyotika akhir-akhir
menjadi berubah. Ternyata Jyotika telah diperkosa oleh ayah tirinya. Ditambah
lagi Jyotika mengetahui bahwa Kana semakin akrab dengan Tsunehisa, cowok yang
ditaksir oleh Jyotika. Akhirnya Kana membentuk sebuah grup bernama R.A.S.A. ide
untuk membuat grup ini muncul setelah Kana mengetahui bahwa ayah tiri Jyotika
telah memperkosa anak tirinya sendiri. Tujuan Kana untuk membuat grup ini
adalah untuk menampung seluruh masalah yang dipendam oleh siswa-siswi Riverdale
Collage. Baik itu tentang, pemerkosaan, penyiksaan, dan masalah lainnya yang
disimpan dalam hati. Sekolah juga mendukung dan mau membiayai grup ini dan
menyewa beberapa Psikolog untuk membantu menangani masalah dari murid Riverdale
College dan hasilnya memuaskan. Banyak yang tertarik untuk membagikan
penderitannya dan diberi solusi untuk pemecahan masalah yang dialami.
Akhir
dari cerita novel ini, pada akhir tahun sekolah, seluruh murid Riverdale
College mengikuti ujian yang dinamakan
Bursary. Bursary menentukan lulus atau tidaknya seorang murid dari Riverdale
dan juga menentukan naik kelas atau tidak seorang murid. Seluruh siswa-siswi
dapat mengikuti Ujian Bursary dengan baik, dan akhirnya Kana dinyatakan lulus
dari Riverdale College. Sebelum perpisahan Kana dan teman-temannya membuat buku
tahunan yang berfungsi untuk mengenang masa lalu mereka dan juga sebagai
pengingat mereka antara satu dengan lainnya.