- Home »
- ANALISIS PRINSIP KERJA SAMA DALAM KOMIK “STREET SOCCER”
Umi Ayu Saputri
On Rabu, 19 Desember 2012
ANALISIS PRINSIP
KERJA SAMA DALAM KOMIK “STREET SOCCER”
PEMBAHASAN
Dalam sebuah komunikasi sering
kali terjadi kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur. Hal tersebut
terjadi karena kurang mengertinya penutur dan mitra tutur dalam menanggapi
masalah dan maksud pembicaraan dalam sebuah percakapan. Dalam ‘logika dan
percakapan’ Grice mengemukakan empat maksim, maksim kuantitas, kualitas,
hubungan, dan cara berbicara. Komik “Street Soccer” akan dianalisis dengan menggunakan
prinsip kerja sama Grice. Hal itu akan dijelaskan di bawah ini.
A.
Ketaatan pemakaian
maksim
Setidaknya untuk
menarik suatu keadaan adalah ketika penutur mematuhi semua maksim, seperti
percakapan dalam komik “Street soccer” berikut:
(1)
Rea
: “Ada apa? Gangguin orang aja?”
Awan
: “Ada kiriman urgent buat Ny. Priscilia.”
Dari percakapan di atas terlihat
jelas dengan jawaban Awan atas pertanyaan Rea. Dan awan menjawab dengan benar,
memberikan informasi yang cukup, dan secara langsung berhubungan dengan tujuan
pertanyaan dari rea.
B.
Ketidakpatuhan
pemakaian maksim
Grice mengemukakan
lima kebiasaan ketika orang lupa mematuhi maksim.
1. Mencemooh
Maksim
a. Cemoohan
memanfaatkan maksim kualitas
Cemoohan yang
memanfaatkan maksim kualitas terjadi ketika penutur mengatakan sesuatu yang terang-terangan
tidak benar atau yang kurang bukti. Pada percakapan dalam komik “Street Soccer”
berikut, implikaturnya adalah sesuatu yang
dikatakan penutur dengan jelas tidak benar.
(2)
Teman
Rea 3 : “Rea! Kamu ditunggu Satu di basement junk. Buruan!!”
Kinnan : “Larilah
ke temen-temen kamu di sana Re. Kalau emang kamu pikir Street Soccer jauh lebih
penting buat kamu! Kinnan udah nggak bisa ngomong apa-apa lagi Re. Kinnan tau
kalo Kinnan udah nggak penting lagi buat kamu.”
Rea
: “Kinnan kenapa?”
Dari percakapan di atas,
sebenarnya Kinnan marah dan kecewa dengan Rea. Walaupun Kinnan mengucapkan pernyataan
secara semantik positif. Kinnan merasa dirinya tidak lebih penting dari Street
Soccer. Kinnan pasrah dengan semuanya, karena apapun yang Kinnan katakan kepada
Rea toh Rea juga tidak mau melakukan untuk Kinnan. Apalagi melakukan,
mendengarnya mungkin hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Kinnan
menyampaikan tanggapannya itu dengan nada santai dan merendah.
b. Cemoohan
memanfaatkan maksim kuantitas
Cemoohan
yang memanfaatkan maksim kuantitas terjadi ketika penutur secara
terang-terangan memberikan informasi lebih atau kurang dari situasi yang
diperlukan. Berikut percakapan dalam komik “Street Soccer”:
(3)
Awan
: “Nggak nawarin masuk dulu nih!”
Rea : “Maap
yah. Nggak! Saya nggak tertarik. Nggak usah bertingkah, cepat sana pergi!!!”
Dari percakapan di atas Rea
secara terang-terangan memberikan informasi yang lebih dari yang Awan butuhkan.
Walaupun dengan jawaban yang sangat panjang dari tuturan Rea itu terlihat bahwa
dia tidak suka dengan tawaran dari Awan.
c. Cemoohan
memanfaatkan maksim hubungan
Maksim
hubungan (harus relevan) dimanfaatkan dengan membuat tanggapan yang tidak
relevan dengan topik (dengan tiba-tiba mengganti subjek, atau dengan jelas
salah mengalamatkan tujuan seseorang untuk mengajukan pertanyaan).
(4)
Awan
: “Siapa yang nyariin saya bos? Apa amplop gajian saya dateng bos? Ah si bos bercanda
ya!!”
Bos
awan : “Tadi yang ke sini namanya Bintang sama Bima, ini ada titipan.”
Dalam percakapan di atas penutur
memberikan tanggapan jelas dan menjawab pertanyaan Awan dengan singkat.
Sebenarnya, jawaban yang diberikan penutur tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh Awan. Awan dapat melihat penutur berdiri dan memberikan titipan
untuknya, namun apa yang ingin diketahui adalah titipan apa yang diberikan
untuknya.
d.
Cemoohan memanfaatkan
maksim cara
Cemoohan
memanfaatkan maksim cara/sikap terjadi ketika penutur menunjukkan
ketidakjelasan dalam suatu ekspresi. Berikut adalah percakapan dalam komik
“Street Soccer” cemoohan yang memanfaatkan maksim cara/sikap.
(5)
Awan
: “Yeloo bos!! Sorry nih telat. Tadi ada pemandangan bagus di jalan. Jadi telat
deh.”
Bos Awan :
“Yeloo? Memangnya saya kuning? Udahlah nyantai aja. Tadi ada yang ke sini,
nyariin kamu! Nih ada titipan!”
Dari percakapan di atas ekspresi
Bos Awan tidak diketahui apakah dia benar-benar memaklumi ketelatan Awan atau
menyatakan ketidaksukaannya pada ketelatan Awan yang hanya gara-gara Awan
melihat cewek di jalan. Dari perkataan itu bos memaklumi ketelatan Awan.
2.
Melanggar
Maksim
Beberapa komentator
tidak membenarkan menggunakan istilah “langgar” pada semua bentuk dari
ketidaktaatan sebuah maksim. Tapi dalam buku terbitan pertama dalam kerja sama
percakapan (1975), Grice mendefinisikan “pelanggaran” sangat spesifik seperti
kesederhanaan pada ketidaktaatan maksim. Jika penutur melanggar maksim dia akan
dapat dianggap menyesatkan (1975:49). Dalam komik “Street Soccer” terdapat
percapakan yang melanggar maksim. Berikut contohnya:
(6)
Anggota
DSA 2 : “Kotak ini isinya makanan semua! Trus namamu siapa? pekerjaan? Mau
kemana?”
Awan : “Saya Awan
pak! Pengantar barang! Dari Gudang Asap tujuan ke Neo Land.”
Dari percakapan di atas, Awan
berlaku jujur dengan mengatakan bahwa dirinya bernama Awan yang bekerja sebagai
pengantar barang, dan dari Gudang Asap akan pergi ke Neo Land. Akan tetapi Awan
tidak mengatakan tujuannya pergi ke Neo Land. Awan tidak mengatakan bahwa dia
dan teman-temannya akan bermain bola secara rahaisa.
3. Menyalahi Maksim
Suatu percakapan
dikatakan tidak taat dikarenakan ketidaksempurnaan seseorang terhadap
bahasanya. Hal tersebut biasa terjadi pada anak kecil atau seseorang yang
sedang mempelajari suatu bahasa. Ketidaktaatan pada maksim ini bisa juga
dikarenakan pembicara sedang dalam keadaan diluar kendalinya (grogi, mabuk,
atau heboh). Dalam komik “Street Soccer” terdapat percakapan menyalahi maksim,
yaitu berikut ini:
(7)
Kinnan
: “Mm, aa, ada yang mau sa, saya laporkan pak. Mmm temen saya, anak Street
Soccer m, m, mau mengadakan pertandingan rahasia.”
Petugas DSA 1 :
“iya sebentar. Kapan kira-kira pertandingannya? Red Garden? Halo. Iya di mana?
Halo. Atau di Krokow? Jangan pake nangis, halo.?”
Dari percakapan di atas termasuk
dalam menyalahi maksim. Penutur dalam hal ini tidak sempurna dalam menyampaikan
bahasanya. Sehingga petutur tidak dapat menerima dengan jelas.
4. Memilih
Keluar dari Maksim
Seorang penutur memilih keluar dari maksim dengan menunjukkan keengganan
untuk bekerja sama dalam tuturan yang dibutuhkan. Contohnya sering
terjadi dalam kehidupan publik,
ketika pembicara tidak bisa,
mungkin karena alasan hukum atau etika,
membalas dengan cara yang biasanya diharapkan.
Alasan lain yang sering diberikan untuk
'memilih keluar' adalah bahwa memberikan
informasi yang diminta bisa menyakiti
pihak ketiga atau menempatkan mereka dalam bahaya. Percakapan yang keluar dari
maksim dalam komik “Street soccer” adalah berikut:
(8)
Awan
: “Bos sepertinya mulai besok saya nggak bisa masuk kerja, darurat nih!”
Bos Awan :
“Sudahlah di dalam ada beberapa kotak makanan instant. Bawa saja buat bekal.”
Dari percakapan di atas bos awan
memilih untuk keluar dari maksim. Awan memberikan informasi tentang dirinya
yang tidak bisa masuk kerja karena keadaan darurat namun bos memilih tidak
membahas hal tersebut dan memilih keluar dari maksim. Bos Awan memberikan
informasi yang berbeda dengan yang dibicarakan oleh Awan. Bos Awan memberikan
informasi kepada Awan bahwa di belakang terdapat beberapa makanan kotang dan
menyuruh Awan membawanya untuk bekal.
(9)
Kinnan
: “Kinnan nggak mau sesuatu terjadi sama kamu Rea. Kinnan mau kamu ada buat
Kinnan.”
Rea : “Pemerintah
busuk itu punya niat jelek menghapus sepak bola buat maksa anak muda kerja 20
jam sehari dengan alasan membangun negara, mereka ngerubah habbit Kin.”
Dari percakapan di atas Rea
memilih keluar dari maksim. Kinnan menjelaskan informasi bahwa dirinya ingin
Rea selalu ada buatnya. Namun Rea tidak memberi jawaban tentang hal itu. Rean
memilih keluar dari maksim dan menceritakan informasi tentang sebab dirinya
bermain bola secara diam-diam. Dia tidak setuju dengan pemerintah yang akan
menghapus sepak bola hanya untuk dipekerjakan 20 jam sehari dengan alasan untuk
membangun negara.
5.
Menangguhkan Maksim
Ketika
seseorang menunda suatu maksim,
dapat dipahami bahwa apa yang dikatakan
tidak sepenuhnya benar atau yang ada hal-hal tidak
harus dikatakan penutur misalnya kata-kata tabu. Ini mungkin terjadi karena perbedaan budaya penutur sehingga penutur
menunda maksim pada
sifat peristiwa tertentu
atau situasi (Thomas 1995:77). Percakapan menangguhkan maksim dalam komik “street
Soccer” adalah berikut:
(10)
Teman
Rea 1 : “Coba liat tuh, ada cewek lewat! Nggak boleh dianggurin barang bagus
kaya’ gitu. Mubazir tau!”
Teman
Rea 2 : “wah, wah, wah. Mengkilat gitu. Nggak takut kotor nih?”
Teman Rea 2 : “Mau kemana manis? Badan
kamu yang licin itu kayanya cocok buat kita grafitiin.”
Rea
: “Put your dirty hands off her moron!!!”
Dalam percakapan di atas
merupakan menangguhkan maksim. Penutur menggunakan kata-kata yang biasanya
digunakan dalam kelompoknya saja untuk menggoda Kinnan. Hal itu membuat Kinnan
tidak suka dan membuat Rea marah kepada kedua temannya itu. rea menyuruh
teman-temannya untuk menjauhi Kinnan.
Simpulan
Dalam
komik yang berjudul “Street Soccer” terdapat percakapan yang mematuhi maksim
dan terdapat pula yang menyalahi maksim. Dalam komik “Street Soccer” terdapat
percakapan yang menggunakan maksim kualitas, kuantitas, hubungan atau relasi,
dan maksim cara. Dalam komik itu lebih banyak terdapat percakapan yang mematuhi
maksim kualitas. Diasumsikan dalam komik itu agar semua dapat diketahui dengan
jelas informasinya. Akan tetapi dalam komik ini juga terdapat percakapan yang
memilih keluar dari maksim. Percakapan itu tidak berhubungan antara yang
ditanyakan dan jawabannya. Jadi dalam setiap percakapan tertulis ataupun
langsung terdapat prinsip kerja sama.
Daftar Pustaka
AP. Utomo dan T. EL. Setiyawan.
2003. Street Soccer. Yogyakarta: Biki
Cipta Idea.
Thomas,
Jenny. 1996. Meaning in Interaction : an
Introduction to Pragmatics. London and New York : Longman.
Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford : Oxford University Press.
Rustono. 1997. Pokok-Pokok
Pragmatik. Semarang : CV. IKIP Semarang Press.