Popular posts

Umi Ayu Saputri On Rabu, 05 Desember 2012



BAHASA RAKYAT
DI DAERAH JAMBI

Mata Kuliah : Folklor
Pengampu : Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum


Disusun oleh
Umi Ayu Saputri
C0210071

JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

PENDAHULUAN
Dewasa ini bahasa rakyat yang ada di daerah di Indonesia banyak terabaikan oleh anak muda zaman sekarang. Mereka lebih memilih bahasa yang lebih umum dan berlogat ke-Jakarta-jakartaan. Menurut mereka bahasa daerah yang mereka miliki merupakan bahasa ndeso atau bahasa kampungan. Bahasa ibu yang dimiliki anak muda sebenarnya merupakan bahasa daerah yang perlu untuk dilestarikan dan digunakan secara kontinyu. Penggunaan secara kontinyu akan menjadikan bahasa itu tetap hidup di lingkungan
masyarakat. Selain dari bahasa rakyat ada beberapa hal yang merupakan aset tradisional daerah, seperti ungkapan tradisional, puisi rakyat, pertanyaan tradisional, dan nyanyian rakyat atau lagu daerah.
Folklor adalah sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Kata folklor berasa; dari bahasa inggris yaitu folklore. Kata itu adalah kata majemuk yang berasal dari kata folk dan lore. Folk berarti sama dengan kata kolektif. Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan. Lore adalah tradisi folk, yaitu sebagian kebudayaannya yang diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh. Jadi definisi folklor secara keseluruhan: folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (James, 1982 : 2).
Folklor menurut Jan Harold (dalam James, 1982 : 21) dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya: (1) folklor lisan, (2) folklor sebagian lisan, dan (3) folklor bukan lisan. (1) folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. (2) folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. (3) folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan (James, 1982 : 21,22).
Makalah ini terfokus pada folklor lisan. Beberapa contoh folklor lisan daerah Jambi akan dipaparkan dalam makalah ini, yaitu mengenai bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, sajak dan puisi rakyat, dan nyanyian rakyat.

PEMBAHASAN
A.           Bahasa Rakyat
Bahasa rakyat merupakan bahasa yang digunakan sekumpulan masyarakat yang mempunyai aturan dan norma yang sama dalam berkomunikasi. Bahasa rakyat ada beberapa bentuk dalam folklor Indonesia. Bentuk –bentuk itu adalah logat/ dialek, slang, argot, bahasa para pedagang, colloquial, sirkumlokusi, pemberian nama, julukan, gelar kebangsawanan, bahasa bertingkat, onomatopoetis, dan enomastis.
a.  Logat/ dialek à Logat adalah ciri khusus kata atau pembicaraan masyarakat tertentu atau sering disebut dialek. Logat pada bahasa rakyat Jambi banyak menggunakan vokal /o/ dan pengucapannya dengan nada.
Contoh:     Kau di mano? (Kamu di mana?)
Budak-budak ni udah makan? (Anak-anak ini sudah makan?)
b.  Slang à Maksud diciptakannya slang adalah untuk menyamarkan arti bahasanya terhadap orang luar. Slang ini biasanya merupakan bahasa rahasia.
Contoh:     Kata “Datuk” di daerah Jambi digunakan untuk menyebutkan macan.
c.  Bahasa para pedagang à Bahasa pada pedagang atau shop talk biasanya digunakan para pedagang di pasar dalam rangka menjual kepada para pembelinya.
Contoh:    ko ancak-ancak ma barangnyo = ini bagus-bagus barangnya
hargo pas yang awak agiah kini ma = harga pas yang saya kasih sekarang
wak baru pulang balanjo patang = sata baru pulang belanja kemaren
d.  Colloquial à Bahasa sehari-hari yang menyimpang dari bahasa konvensional. Anak-anak SMA sering menggunakan bahasa gaul.
Contoh:     labay = berlebihan
alay     = orang yang berlebihan
boci     = bobok siang
cumi   = Cuma missed call
e.  Sirkumlokusi (Circumlocution) à Ungkapan tidak langsung. Contoh-contoh sirkumlokusi adalah:
Jika kita menggendong anak yang berumur kurang dari 5 tahun tidak boleh mengatakan berat karena menurut anggapan mereka berat badan anak itu akan menurun.
Jika kita mencium bau hewan telegu maka kita harus mengatakan wangi atau harum dan tidak boleh mengatakan bau yang sebenarnya karena menurut anggapan jika kita mengatakan wangi atau harum maka bau itu akan hilang sebaliknya jika mengatakan bau yang sebenarnya maka bau itu tidak mau hilang.
f.   Cara pemberian nama kepada seorang anak didaerah Jambi ada beberapa yang terlihat namanya berasal dari unsur agama.
Contoh:     Bisman Ais à nama bisman hampir mendekati kata Bismillah
Wahyudin Orliansyah à wahyu dan syah biasanya terdapat dalam agama Islam
g.  Pemberian Julukan à nama yang biasanya memberikan julukan kepada seseorang selain nama pribadinya.
Contoh:     Si mancung berarti seseorang yang hidungnya mancung
Si gepeng berarti seseorang yang kepalanya gepeng
Bolot berarti seseorang yang agak sulit pendengarannya
h.  Gelar Kebangsawanan à gelar kebangsawanan dalam masyarakat Jambi biasanya berdasarkan kedudukannya dalam kemasyarakatan.
Contoh:     Datuk adalah gelar untuk seorang yang tua dan dihormati
i.    Bahasa bertingkat à Bahasa yang dipergunakan dengan mengingat akan adanya perbedaan dalam lapisan masyarakat, tingkatan masyarakat, atau tingkatan umur. Penggunaan bahasa ini ada hubungannya dengan adapt sopan santunnya. Contoh-contoh bahasa bertingkat masyarakat Jambi adalah bahasa yang sopan disebut dengan bahasa sopan dan bahasa yang kasar disebut dengan bahasa kasa. Berikut adalah uraiannya:
v  bahasa sopan
a)    cemano kabanyo           = apa kabar
b)    ba umo                             = berumah
c)    pigi                                    = pergi
d)    lamo                                 = lama
e)    ke mano                           = kemana
v  bahasa kasa
a)     mamak kau         = ibumu
b)     bapak kau           = bapakmu
c)     kau                       = kamu
d)     palo kau              = kepalamu
e)     utak kau              = otakmu
j.    Kata-Kata Onomatopoetic (Onomatopoetic) à Kata-kata onomatopoetic yaitu kata-kata yang dibentuk dengan mencontoh bunyi atau suara alamiah. Contoh-contohnya yaitu dalam bahasa jawa misalnya kata ‘debak-debuk’ yang berarti suatu benda yang berat jatuh, misalnya buah kelapa jatuh bunyinya adalah ‘buk’, contoh lain adalah ‘tak tok tak tok’ yang berarti pukulan palu berkali-kali karena bunyi palu adalah ‘tok’.
k.  Onomastis à Bahasa onomatis adalah nama tradisional jalan atau tempat-tempat tertentu yang mempunyai legenda sebagai sejarah terbentuknya. Sudah tentu legenda itu tidak selalu dapat kita anggap sebagai sejarah sebenarnya.
Contohnya yaitu nama RIMBO BUJANG. Menurut keterangan folklore dari jambi, Rimbo Bujang berarti hutan rimba yang msih lajang, muda , perawan dan bias juga disebut baru. legendanya adalah dulu saat adanya transmigrasi dari pulau jawa ke pulau Sumatra, sri sultan hamengkubuwono IX dan pihak-pihak yang terkait melakukan survai lokasi yang masih sedikit penduduknya. Setelah selesai mereka berdialog mengenai nama daerah yang mereka survai. Dalam dialog itutersebutlah sebuah nama untuk daerah itu yaitu “RIMBO BUJANG” yang menurut keterangan Rimbo Bujng berasal dari kata Rimba dan Bujang. Rimbo sama dengan Rimba yang artinya hutan rimba dan Bujang yang artinya lajang, perawan, muda atau bias juga disebut baru. Jadi Rimbo Bujang adalah hutan rimba yang masih muda, lajang, perawan atau baru.

B.           Puisi Rakyat
Kekhususan genre folklor lisan ini adalah bahwa kalimatnya tidak berbentuk bebas melainkan berbentuk terikat. Sajak atau puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya yang biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek kata, suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama (James, 1982: 46). Jambi sering disebut sebagai negeri pantun karena Jambi merupakan negeri yang kaya akan pantun. Lirik-lirik lagu Jambi kebanyakan merupakan susunan pantun. Di bawah ini contoh pantun dari Jambi.
Pantun pertama:
Kami ba umo di lereng bukit
Rebah padi digiling batang
Kami umpamo si burung pipit
Kemano terbang di halau orang
            Pantun di atas arti padanan liriknya adalah
                        Kami berumah di lereng bukit
                        Rebah padi digiling batang
                        Kami seumpama si burung pipit
                        Ke mana terbang di hadang orang
Pada pantun di atas memiliki sajak a b a b, baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi dari pantun. Pantun ini mengandaikan dirinya sebagai seekor burung pipit yang bisa terbang ke mana-mana akan di halau orang-orang.

            Pantun kedua:
Bederai hujan di rimbo
Tibo di padi bederai jangan
Becerai kito di muko
Namun di hati becerai jangan
            Pada pantun di atas arti padanannya
Berderai hujan di rimba
Tiba di padi berderai jangan
Berpisah kita di muka
Namun di hati berpisah jangan
Sajak pada pantun di atas tetap bersajak a b a b, pantun itu terdiri atas sampiran pada baris pertama dan kedua dan isi pada baris ketiga dan keempat. Pantun ini berisi tentang imbauan bahwa walaupun secara fisik kita terpisah tetapi hati kita jangan membencinya.
Pantun ketiga
Hidup api pangganglah kuau
Kuau tepanggang si abang kaki
Maksud hati nak meraih pulau
Pulau dijago si Nago sakti
                        Padanan arti pada pantun tersebut adalah
                        Hidup api pangganglag kuau
                        Kuau dipanggang si kakak kaki
                        Maksud hati akan meraih pulau
                        Pulau dijaga si Naga sakti
            Puisi di atas memiliki sajak a b a b, baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Isi dari pantun di atas adalah di hati mempunyai niat akan meraih pulau yang diinginkan namun pulau itu dijaga oleh naga yang sakti, sehingga tidak bisa meraihnya.

C.           Ungkapan Tradisional
Ungkapan tradisional adalah kalimat pendek yang disarikan dari pengalaman yang panjang. Atau kebijaksanaan orang banyak yang merupakan kecerdasan seseorang. Ungkapan tradisional mempunyai tiga sifat hakiki, yaitu peribahasa harus berupa satu kalimat ungkapan, tidak cukup hanya berupa satu kata tradisional saja. Peribahasa ada dalam bentuk yang sudah standar. Suatu peribahasa harus mempunyai vitalitas tradisi lisan. Berikut adalah ungkapan tradisional yang bernuansa budaya, seperti yang berbunyi:
Api-api terebang malam inggap di ujung jagung mudo, biar tujuh kali dunio karam, balik ke dusun jugo.
Arti padanannya: suatu masa seseorang akan kembali juga ke kampung halamannya. Ungkapan yang diwujudkan dalam bentuk pantun ini berisi petuah tentang arti cinta tanah air bagi setiap orang. Seseorang tidak mudah begitu saja melupakan tanah airnya, katakanlah tanah itu baru berupa sebuah kampung; namun tanah air yang bermula kampung ini nanti akan berkembang menjadi sebuah negara. Seandainya dunia yang dihuni manusia ini mengalami tujuh kali kiamat orang tidak dapat melupakan tanah airnya. Dengan cinta tanah air seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu, misalnya mengadakan pembangunan, mempertahankannya dari serangan musuh, dan sebagainya. Kebiasaan seperti ini amat baik ditanamkan dalam diri setiap anak didik sebagai generasi yang akan tumbuh yang akan menggantikan generasi yang meninggalkannya.
Ungkapan bernuansa pendidikan, dalam aktivitas menimba ilmu, seseorang harus berguru kepada orang yang lebih tahu, sebab kalau bertanya sesuatu kepada yang tidak tahu, bakal tersesat. Dalam ungkapan tradisional dikatakan:
Bak menanyo bunyi ken an pokak, menanyo rupo ke nan buto.
Arti padanannya: meminta bantuan kepada orang yang tidak berdaya. Menanyakan sesuatu bunyi kepada orang tuli atau menanyakan bagaimana rupa sesuatu kepada orang buta adalah suatu pekerjaan yang tergolong sia-sia. Orang tuli dan orang buta yakni orang tidak dapat mendengar dan melihat, dalam ungkapan di atas mengiaskan orang-orang yang terbatas sekali kemampuannya karena rendahnya pendidikan, sempitnya pandangan, dan sebagainya. Untuk itulah diingatkan bila memang seseorang ingin memerlukan bantuan orang lain maka yakini benar bahwa yang dapat membantu itu tergolong orang yang cukup berpengalaman, luas pengetahuannya, dan sebagainya. Sebaliknya bagi orang yang kebih tahu, dianjurkan untuk memberikan pengajaran kepada orang lain yang kurang berpengetahuan. Jangan sampai penguasaan suatu ilmu hanya untuk dirinya sendiri bahwkan digunakan untuk mempecundangi orang lain yang awam.
Cerdik membao lebur pandai membao ancur.
Yang artinya: orang yang memanfaatkan kecerdikannya untuk kepentingan dirinya sendiri, demikian bunyi seloka kelima yang bernuansa pendidikan.
Jatuh di tompat nan rato, anyut di arus nan tonang.
Ungkapan di atas padanannya: jatuh ditempat yang rata, hanya di arus yang tenang. Artinya: Sesuatu yang di luar perhitungan penyebab datangnya malapetaka. Karena merasa sudah biasa seseorang merasa sudah aman, namun tanpa disadari pada ketika itulah ia menemui kesulitan. Memang ketika berjalan di tempat yang rata atau berenang di arus yang tenang orang tidak menyangka sama sekali akan terjatuh atau tenggelam. Ungkapan ini jelas ditujukan bagi seseorang yang mendapat cobaan di tempat dan waktu yang tidak disangka-sangka, bertepatan saat ia tidak menduga sama sekali akan berhasil hal yang demikian. Sepantasnyalah orang tua-tua zaman dahulu memberi ingat agar setiap orang selalu berhati-hati di mana dan kapan pun, sebagai bagaimanapun keselamatan diri adalah menjadi tumpuan harapan di dalam hidup ini.

D.           Pertanyaan Tradisional
Pertanyaan tradisional lebih terkenal dengan istilah teka teki, yaitu pertanyaan yang bersifat tradisional dan mempunyai tradisional juga. Teka teki adalah ungkapan lisan tradisional yang menganduung satu atau lebih unsur pelukisan sepasang daripadanya dapat saling bertentangan dan jawabnya harus diterka.
Contoh:          P = nenek-nenek kecebur sungai masuk ke mana?
J = masuk ke koran
Pada pertanyaan ini merupakan pertanyaan atau teka teki tidak harfiah. Karena jika pertanyaan itu merupakan pertanyaan atau teka teki harfiah maka jawabannya bukan koran melainkan masuk ke sungai. Di sini diartikan seorang nenek yang tercebur di sungai merupakan suatu kejadian yang bisa menjadi berita sehingga kejadian itu masuk pada koran.
            P = hujan turun superman lewat, apakah itu?
J = mengusap ingus
Pada pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang harfiah karena makna dari pertanyaan ini jauh dari makna yang sebenarnya. Di sini hujan itu mengandung makna seseorang yang sedang pilek lalu ingusnya keluar, keadaannya itu turun. Kemudian tangan seorang itu diibaratkan sebagai superman yang menghapus atau mengelap ingus itu.
            P = bambu satu ditebang semuanya tumbang, apakah itu?
            J = orang shalat berjamaah
            Pertanyaan ini juga merupakan pertanyaan tradisional yang bermakna tidak harfiah. Karena di sini orang yang melaksanakan shalat berjamaah itu diibaratkan beberapa batang bambu. Jika sang imam sujud diibaratkan sebatang bambu ditebang. Para jamaah mengikuti sang imam sujud itu diibaratkan semua batang bambu tumbang semua.
Keterangan: P = pertanyaan
                        J = jawaban

E.           Nyanyian rakyat
Nyanyian rakyat merupakan lagu-lagu daerah yang dimiliki sekelompok masyarakat yang memiliki budaya, norma dan bahasa yang sama. Di Jambi mempunyai beberapa lagu daerah yang dimuat dengan menggunakan bahasa melayu. Lagu itu berisi tentang keindahan yang dimiliki rakyat Jambi, budaya, percintaan, dan  lain-lain. Di bawah ini dipaparkan dua lirik lagu daerah Jambi.

Lirik Lagu Daerah Jambi yang berjudul “Batang Hari”

Batanghari aeknyolah tenang
Biakpun tenang deraslah ketepi
Anaklahnyo Jambi jangan lah di kenang
Siang tebayang bamimpi malam lah bamimpi
Anaklah Jambi jangan lah di kenang
Siang tebayang bamimpi malam lah bamimpi
Jalanlah jalan ke Ojong Jabong
Singgah sebentar di Penyaguan
Oy rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggong
Budi setitik kenang jadilah kenangan
Rindu dan dendam dik oy idaklah tetanggong
Budi setitik kenang jadilah kenangan
Pegi besantai ke Tanggo Rajo
Nampaklah jelas Jambi Seberang
Maulah ku pinang dek oy apolah kan dayo
Sudahlah nasib orang diambeklah orang
Maulah ku pinang dek oy apolah kan dayo
Sudahlah nasib orang diambeklah orang
Batanghari kebanggaan Jambi
Sungai tepanjang sebatas negeri
Pojoklahnyo hati dek oy bawaklah menari
Mari berjoget lagu si Batang Hari
Pojoklah hati dek oy bawaklah menari
Mari berjoget lagu si Batang Hari
Padanan arti dalam bahasa indonesia adalah
Batanghari airnya tenang
Biarlah tenang deras ke tepi
Anak Jambi jangan lah dikenang
Siang terbayang bermimpi malam bermimpi
Anak Jambi jangan lah dikenang
Siang terbayang bermimpi malam bermimpi
Jalan- jalan ke Ujung Jabung
Singgah sebentar di Penyaguan
Rindu dan dendam tidaklah tertanggung
Budi setitik kenang jadilah kenangan
Rindu dan dendam tidaklah tertanggung
Budi setitik kenang jadilah kenangan
Pergi bersantai ke Tanggu Raju
Terlihat  jelas Jambi Seberang
Ingin kupinang dik apalah kamu mau
Sudah nasib orang diambillah orang
Ingin kupinang dik apalah kamu mau
Sudah nasib orang diambillah orang
Batanghari kebanggaan Jambi
Sungai terpanjang sebatas negeri
Sedihnya hati dik bawalah menari
Mari berjoget lagu si Batang Hari
Sedihnya hati dik bawalah menari
Mari berjoget lagu si Batang Hari
Dalam lagu di atas menceritakan sungai Batanghari yang merupakan sungai terpnjang di pulau sumatra yang terletak di provinsi Jambi. Sungai Batanghari merupakan sungai kebanggaan dari Jambi. Sungai ini airnya tenang namun di tepi sungai berombak. Dalam lirik lagu ini tidak hanya menceritakan bagaimana sungai batanghari itu namun juga memiliki pesan dan ada sesuatu yang disampaikan dari lagu ini. Lagu ini liriknya hampir sama dengan baris-baris pada pantun. Memiliki sampiran dan isi. Dalam lagu ini ada beberapa isi dari tiap larik yaitu anak jambi itu jangan dikenang jika dikenang maka akan selalu ada dan mengganggu bayangan, hadir dalam mimpi. Seharusnya yang dikenang itu budi baik walaupun hanya sekecil apapun. Di sini juga disampaikan seorang yang ingin meminang seorang gadis menyampaikan niatnya melalui sebuah pantun, dalam hal ini dikemas dalam bentuk lagu. Lagu ini juga terdapat isi yang menyatakan bahwa sedih hati dibawa senang saja dengan berjoget lagu Batanghari ini.

Lirik Lagu daerah JambiOrang Kayo Hitam”

Orang Kayo Hitam, gagah perkaso
Namonyo agung dimano-mano
Sampai Mataram orang kenali
Pusako bundo di Batang Hari
Ayah bernamo Datuk Berhalo
Turunan suci asal Bagindo
Putri Pinang Masak namo ibunyo
Dari Pagaruyung negeri asalnyo
Reff:
Sutooo….
Orang Kayo Hitam agung di mano-mano
Keris Si Ginjai senjato yang utamo
Rangkaio pingai dulur yang tuo
Yang bijaksano mimpin negeri
Ke dataran lamo dulur yang mudo
Gunung balangsebo diuji kenari
Mayang mengurai istri setia
Anak Tumenggung merah melato
Meriam sejiwa penjelmaannyo
Sutooo….
                        Padanan arti lagu di atas adalah
Orang Kayo Hitam, gagah perkasa
Namanya terkenal dimana-mana
Sampai Mataram orang mengenali
Pusaka bunda di Batang Hari
Ayah bernama Datuk Berhalo
Keturunan suci dari Bagindo
Putri Pinang Masak nama ibunya
Dari Pagaruyung negeri asalnya
Reff:
Sutooo….
Orang Kayo Hitam terkenal di mana-mana
Keris Si Ginjai senjata yang utama
Rangkayo pingai saudara yang tua
Yang bijaksana memimpin negeri
Ke dataran lama saudara yang muda
Gunung balangsebo diuji kenari
Mayang mengurai istri setia
Anak Tumenggung Merah Melato
Meriam sejiwa penjelmaannya
Sutooo….
Lagu daerah di atas menceritakan sebuah cerita rakyat tentang Orang Kayo Hitam anak bungsu dari Datuk Berhalo dan Putri Minang Masak. Ia sangat terkenal di mana-mana. Senjata di Jambi bernama keris Siginjai. Istri Orang Kayo Hitam bernama Putri Mayang mengurai, ia sangat setia. Ia mempunyai saudara tua yang memimpin negeri yaitu Rangkayo Pingai. Orang Kayo Hitam Jambi ini mengisahkan tentang sejarah berdiri daerah Jambi yang dikenal sebagai daerah Angso Duo (Dua Angsa). Cerita turun temurun ini terus diingat oleh penduduk Jambi hingga sekarang.





PENUTUP
Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Folklor ada tiga kelompok besar berdasarkan tipenya: (1) folklor lisan, (2) folklor sebagian lisan, dan (3) folklor bukan lisan.
Folklor lisan yang ada di daerah jambi ada bahasa rakyat yang ada beberapa istilah dan menggunakan vokal /o/, puisi rakyat di sini ada beberapa pantun yang menggunakan bahasa melayu, ungkapan tradisional yang bernuansa budaya, pendidikan dan lain-lain, pertanyaan tradisional yang terdapat pertanyaan yang tidak memiliki makna harfiah, dan ada juga nyanyian tradisional yang merupakan lagu-lagu daerah dari Jambi.













Daftar Pustaka

James Danandjaja. 1982. Folklor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta.
Narasumber: Wahyudin Orliansyah, seorang mahasiswa di Universitas di Jambi.

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. halo, Mba. aku dari sastra indonesia UNS 2018. besok ada ujian lisan pak Bani. terimakasih, postingan ini sangat membantu.

    BalasHapus